Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan api kepada kayu, yang menjadikannnya abu.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana,
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan, yang menjadikannya tiada..
(Puisi Sapardi Djoko D, Dikutip dr Buku Bersama merawat Cinta)
Pernikahan yang hanya tinggal hitungan bulan ini, membuat vda semakin hari semakin gelisah. Hati ini terus bertanya-tanya apakah saya siap, apakah saya mampu. Tak jarang kegelisahan membuat riak yang cukup besar dalam hubungan vda dan mas. Airmata pun tidak terbendung lagi untuk mengalir. Mimpi yang terlalu tinggi, beban moral yang cukup besar, dan kenyataan yang tidak berbanding lurus membuat kegelisahan semakin menjadi, ketidaksiapan semakin mengacaukan hati, ketakutan semakin membuncah. Kata BATAL pun sudah sering keluar dari bibir ini. :(
Sampai kemarin vda menemukan sebuah ulasan tentang salah satu film produksi dalam negeri "test Pack" yang vda sendiri tidak tahu jalan cerita dari film itu. Tapi ada yang menarik dari ulasan yang dibuat salah seorang blogger duniamhimi (thanks a lot ), sebuah kalimat "mengapa engkau ingin menikah?". Seolah mendobrak gundah gulana dihati ini. Tidak sampai disitu, di malam harinya vda baca buku yang sengaja vda beli untuk seserahan saat lamaran kemarin "bersama merawat cinta" Saat buka bab 1 bagai gayung bersambut terjawablah pertanyaan MENGAPA ENGKAU INGIN MENIKAH?
"Cinta yang berlabuh dalam ikatan suci pernikahan, merupakan cinta yang diridhai oleh sang pencipta. Cinta yang mendatangkan ketenangan dan keberkahan hidup. Cinta yang akan menghadirkan cucuran pahala tiada terkira"
Jawabannya adalah beribadah. Tidak mudah memang, tapi semua pasti ada jalan yang akan Allah berikan. Karena tujuan untuk menikah tidak lain tidak bukan untuk mendapatkan ketenangan hati, itu janji Allah yang tertulis dalam firmannya Ar-ruum: 21.
Hati ini pun mulai tergugah yang akhirnya menimbulkan pertanyaan untuk diri sendiri, apa yang harus di khawatirkan? apa yang harus ditakutkan? apa yang menjadikan tidak siap?
Ditengah pertanyaan yang menggaung-gaung dihati ini, kemarin malam pun tiba-tiba seorang teman memberi pesan melalui whatsapp. sebuah tulisan yang menjadi pelipur lara "If we wait until we're ready, we'll be waiting for the rest of our lives". yah jika harus menunggu siap, kita pasti tidak akan pernah mengatakan siap.
Seolah Allah ingin menyentilku lebih dalam, tidak lagi sampai disitu, tapi ditutup oleh sebuah ayat dari surat Ar-rahman yang dikutip oleh salah satu teman baruku diblognya nuke "FABIAYYI ALAA 'IRAABIKUMAA TUKADZDZIBAANN"
Masih punya keberaniankah saya untuk merasa tidak siap, untuk merasa tidak mampu, merasa tidak cukup, merasa gelisah, merasa takut, KETIKA ALLAH TAK HENTI-HENTINYA memberikan nikmat tiada tara.
Ketakutan, kegelisahan, kekhawatiran ini, bukan karena kondisi, bukan karena beban moral tapi karena diri sendiri yang menghampiri. Yang memberikan ruang didalam hati untuk mengingkari semua nikmat Tuhan.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar