Kamis, 31 Oktober 2013

Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu

Kemarin malam vda makan malem di tempat nongrongnya para warga binus "Nasi Kucing KMS". Ini kedua kalinya vda makan disini sejak nikah, sebelum nikah maaah sering, hehehe. Waktu makan malem pertama ditempat itu setelah nikah, ada anak laki-laki yang usianya kira-kira 8 tahun dtgin Vda dan mas sambil bawa keranjang nawarin gorengan. Saat itu vda baru aja selesai makan sama mas, jadi kondisinya sudah sangat kenyang. Terpaksa vda tolak, walau hati rasanya gak tega.



Akhirnya kemarin malam vda ketemu bocah laki-laki itu lagi. Dengan wajah polosnya, tidak ada sama sekali tampang anak badung, dy menawarkan barang dagangan nya ke vda.

Si Bocah : "Ka, gorengan ka"
Mas   : " Apa yang dijual?"
si Bocah : "ini kak, ada bakwan sama... (sambil nunjukin keranjangnya)
Vda : "berapaan?"
Si Bocah : "2000an Kak"
Mas : "Yudah bakwan nya 1, lumpianya 2"

Bocah laki-laki itu ngeluarin plastik dan 3 buah gorengan

Si Bocah : "ini kak, hati-hati makannya ya jangan sampe salah gigit"(bicara dengan wajah yg sangat polos, tanpa beban )
Vda : "nih uangnya gak usah kembali yah"
Si bocah : " makasih ya Kak, maaf Kak jam berapa sekarang"
Mas : "Jam 8"
Si bocah : "Makasih ya Kak"

Lalu ia kembali berjalan menawarkan gorengan ke tamu lain. Saat itu dada Vda terasa sangat sesak, sudah tidak ada selera untuk makan. Akhirnya air mata jatuh,tdk  bisa berhenti. Entah apa yang membuat anak itu sangat amat menyentuh hati. Banyak anak-anak berkeliaran dijalan, tapi ini beda. Wajah polos nya, cara bicaranya, tingkah lakunya, tidak seperti anak jalanan lainnya.

Vda jadi teringat cerita ayah di masa kecilnya, yang hanya punya uang Rp.440, jalan sendirian ke pasar, lihat mainan mobil2an tapi harganya Rp.500. Ayah kecil berusaha menawar, sambil bicara dalam bahasa jawa "empat ratus empat puluh aja ya pak ya" Si penjual dengan santun "Boten saget de". Ayah kecil terus berusaha menawar, tp penjual pun ttp tidak memperbolehkan. Dy berjalan pulang sambil sesekali menoleh ke belakang melihat mainan yg tidak berhasil dy dapatkan.

Si Bocah penjual gorengan seolah menjadi gambaran ketika ayah masih kecil. Hal itu yang membuat vda terus tidak bisa menahan air mata dan tentunya rasa malu, dimana bocah sekecil itu rela, ikhlas tanpa beban menjajakan gorengan di malam hari. Untuk penghasilan yang tidak seberapa. Sementara vda kerja dengan gaji yang cukup baik, masih terus mengeluh.

Saat pulang vda sempatkan bicara dengan dia :

Vda : "Semangat ya jualan"
Si Bocah : "iya Kak"
Vda : " Rumahnya dimana?"
Si Bocah : "Di pinggir tol RCTI Kak"
Vda : "Wah jauh ya. Jalan Kaki tuh?"
Si Bocah : "iya sama ade"
Vda : " oh adenya jualan juga, dimana?"
Si Bocah :" didekat lampu merah sana(sambil nunjuk ke arah palmerah.."
Vda : "Kelas berapa?"
Si Bocah : "saya kelas 4, adik kelas 3"
Mas : "Yudah ati-ati pulangnya ya"

Sampai menulis tulisan ini, air mata masih terus tidak bisa ditahan. Ada dua doa yang vda panjatkan, kebahagian untuk Ayah dan Hal terbaik untuk si bocah gorengan.

2 komentar:

  1. aku juga sering ketemu yang macem ini,vda.
    ga ada salahnya berbagi yaa,insya allah berkah..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, malah klo punya banyak uang rasanya mo bantu banget. Bener2 kemarin gak bisa nahan air mata, put. Ada, org lain yang juga akhirnya beliin makanan anak itu. Krna bener2 tuh anak polos banget...banget. Sopan lagi. jd yg liat pasti gak tega.

      Hapus